Sunday, January 18, 2009

Pragmatisme

Pragmatisme
Ada golongan atau aliran yang tidak mempunyai piawaian dalam membuat keputusan; secara umumnya mereka ini dikenali sebagai golongan atau aliran pragmatisme.
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani iaitu pragma berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice) dan Isme berarti ajaran, aliran atau fahaman. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran/fahaman yang menekankan bahawa pemikiran itu berjalan mengikut tindakan. Didalam Kamus Oxford, sifat pragmatik adalah suatu sifat yang berjalan sesuai menurut kewajaran atau suasana realistik ketika itu – ia diasaskan kepada suasana praktikal dan tidak didasarkan kepada pertimbangan teoritis. Ini berarti, bagi seseorang yang pragmatik, kebenaraan atau nilai suatu ajaran (fahaman / doktrin) bergantung hanya kepada penerapannya sama ada sesuai dengan kepentingan manusia ketika itu atau tidak. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah berdasarkan faedah atau manfaat. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh mereka yang pragmatik sebagai benar jika ia membawa kepada suatu hasil yang mendatangkan manfaat. Dengan kata lain, suatu teori itu benar hanya jika ia berfungsi (mendatangkan manfaat) selepas ia dilaksanakan.
Gerakan Pragmatisme, secara falsafah, mula dirintis di Amerika oleh Charles S. Pierce (1839-1942) yang kemudiannya dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Walaubagaimanapun, dari segi sejarah, ia telahpun muncul sejak zaman Renaissance, iaitu ketika terjadi pertembungan diantara gereja dan kaum intelektual di Eropah. Pertentangan ini akhirnya menghasilkan suatu kompromi - pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), sebagai asas kepada ideologi kapitalisme. Pragmatisme merupakan pemikiran cabang kapitalisme. Landasan pemikirannya pun sama, yakni pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme). Dari konteks ideologi, pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sumber penyelesai masalah manusia.
Kebenaran, menurut James didalam bukunya, The Meaning of Truth, adalah sesuatu yang terjadi pada idea, yang sifatnya tidak pasti. Sebelum seseorang menemukan satu teori berfungsi maka kebenaran teori itu tidak akan diketahui. Kebenaran, bagi golongan pragmatis ini akan selalu berubah sejalan dengan perkembangan pengalaman. Sebab, sesuatu yang dikatakan benar akan dapat perbetul dan diperbaiki oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, fahaman pragmatisme ini tidak mengenal adanya kebenaran yang mutlak. Kebenaran hanya ditentukan oleh manfaat.
Idea pragmatisme ini keliru atas tiga sebab. Pertama, pragmatisme mencampuradukkan kriteria kebenaran idea dan kegunaan praktikalnya. Sedangkan kegunaan praktikal idea tidak menunjukkan kebenaran idea, tetapi hanya menunjukkan sama ada perlaksanaan idea ini memuaskan keperluan pelakunya atau tidak.
Kedua, pragmatisme menafikan peranan akal manusia. Menetapkan kebenaran suatu idea adalah aktiviti intelektual dengan menggunakan ukuran atau piawaian tertentu - sedangkan kepuasan manusia dalam pemenuhan keperluannya tidak boleh menjadi ukuran kebenaran idea tersebut.
Ketiga, pragmatisme menimbulkan relativiti dan kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan subjek penilai idea - baik individu, kelompok, mahupun masyarakat - serta perubahan konteks waktu dan tempat. Dengan kata lain, kebenaran hakiki pragmatisme hanya dapat dibuktikan - menurut pragmatisme itu sendiri - setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat, menjadikan alam ini sebagai makmal gergasi untuk melakukan ujian tersebut. Ini jelas mustahil dan tidak akan pernah terjadi.
Pragmatisme jika digunakan oleh sesuatu kelompok dari masyarakat untuk membuat keputusan bagi masyarakat keseluruhannya akan membuatkan keputusannya condong atau bias kepada kepentingan kelompoknya sendiri dan ini akan menyengsarakan orang lain.

No comments: